Selasa, 08 Mei 2012

Restorasi Logam Ilmu Konservasi gigi


BAB I
PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG
Ilmu konservasi gigi adalah ilmu yang paling tertua di bidang Kedokteran Gigi yang berkembang sejak abad ke-18 sebagai sebuah solusi bagi masyarakat yang mengalami kerusakan gigi dan memeprtahankan gigi mereka selama mungkin di dalam mulut. Ilmu konservasi gigi merupakan cabang ilmu Kedokteran Gigi yang mempelajari tentang cara menanggulangi kelainan (penyakit) jaringan keras gigi, pulpa dan periapical untuk mempertahankan gigi di dalam mulut melalui restorasi dan perawatan endodontic baik secara konvensional maupun bedah. Ilmu ini bertujuan utuk melakukan perawatan gigi serta mempertahankan gigi selama mungkin di dalam mulut agar estetik dan fungsi kunyah kembali normal (J.D. Eccles dan R.M. Green, 1994).
Dalam mempelajari ilmu Konservasi Gigi, dikenal dua macam restorasi yaitu direct restoration dan indirect restoration. Direct restoration adalah restorasi gigi yang dilakukan langsung di dalam mulut penderita. Sedangkan indirect restoration adalah restorassi yang dibuat di luar mulut penderita. Untuk melakukan indirect restoration, seorang dokter gigi membutuhkan seorang teknisi untuk membuat restorasi tersebut. Indirect restoration ini kemudian dilekatkan ke gigi yang telah dipreparasi atau diasah dengan bantuan semen yang cepat mengeras. Restorasi harus tepat pada semua dinding internal untuk memberikan retensi dan stabilitas. Preparasi harus dibuat bebas dari undercut pada satu sumbu agar restorasi dapat dipasang dengan mudah. Indirect Restoration menggunakan teknik restorasi logam, yakni restorasi yang dibuat berasal dari logam baik metal atau alloy. Umumnya yang digunakan adalah alloy (JD Eccles, RM Green, 1994).

I.2 RUMUSAN MASALAH
            Dari latar belakang yang diuraikan sebelumya, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan dibahas di dalam makalah ini yakni jenis restorasi logam dan teknik pembuatan indirek restorasi logam.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II. 1 PENGERTIAN RESTORASI LOGAM DENGAN INDIRECT RESTORATION
Indirect Restoration adalah restorasi yang dibuat diluar mulut pasien yang akan dilekatkan atau disemen pada gigi pasien yang telah dipreparasi setelah siap dipasang. Indirect restoration dibagi menjadi dua yakni intra koronal (restorasi yang terdapat dalam kontur gigi, contoh inlay) dan ektra koronal (restorasi yang menutupi bagian mahkota gigi asli yang masih ada untuk mendapatkan montur anatomis, contoh onlay, veneer, dan mahkota pigura). Teknik yang digunakan untuk membuat restorasi melalui Indirect Restoration adalah teknik restorasi logam. Teknik restorasi logam adalah suatu restorasi yang dibuat berbahan dasar metal atau alloy (Jones and Grundy, 1992) .

II. 2 MACAM-MACAM INDIRECT RESTORATION
Macam-macam indirect restoration adalah:
1. Inlay     
            Inlay adalah restorasi  yang digunakan pada gigi yang di preparasi pada bagian Oklusal Distal (OD), Oklusal Mesial (OM) atau Mesio Oklusal Distal (MOD). Inlay sudah jarang digunakan untuk kavitas sederhana dan umumnya hanya digunakan untuk gigi-gigi yang berkebutuhan khusus, seperti gigi yang sudah lemah karena karies dan cenderung fraktur bila tidak dilindungi atau bila retensi sulit dibuat. Berikut ini merupakan macam klas pada inlay (JD Eccles, RM Green, 1994).
            A. Inlay Klas I
                 Merupakan  klas sederhana , yang jarang digunakan
B. Inlay Klas II
     Misalnya digunakan pada gigi yang  daerah MOD terkena, sehingga perlu adanya perlindungan edengan cara menghilangkan tonjolan-tonjolan  lemah untuk kemudian di preparasi dengan menggunakan veneer .
            C. Inlay Klas III dan IV
       Misalnya digunakan pada jembatan atau attachnment  untuk jembatan semi cekat.
            D. Inlay Klas V
       Misalnya untuk retensi pada geligi tiruan sebagian ,atau dapat digunakan pasak untuk perawatan kavitas uang dangkal akibat abrasi atau erosi.
2. Onlay
            Onlay adalah restorasi pada gigi yang morfologi oklusalnya mengalami perubahan karena restorasi sebeltorasi inumnya, karies, atau penggunaan fisik. Restorasi ini meliputi seluruh yang meliputi seluruh daerah oklusal yang meliputi cusp-cusp gigi (Baum, Phillips Lund, edisi III, 1997)
3. Mahkota/ crown
            Restorasi gigi yg menutupi atau mengelilingi seluruh permukaan gigi yg telah dipreparasi. Restorasi ini dibuat untuk gigi yang mengalami kerusakan sehingga tidak bisa ditambal lagi tetapi gigi tersebut masih vital. Restorasi ini biasanya digunakan pada gigi premolar dan molar rahang bawah karena karies yang luas atau tambalan yang rusak (Baum, Phillips Lund, edisi III, 1997).
4. Mahkota Pigura
            Mahkota tuang dimana bagian labial atau bukal diberi facing  yang sama dengan warna gigi. Facing tersebut lebih mirip dengan veneers (JD Eccles, RM Green, 1994).
.

II. 3 ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN
Dalam pembuatan  restorasi logam dibutuhkan alat dan bahan tertentu. Alat yang digunakan untuk pembuatan model malam adalah pelumas die, pinset kapas, malam, spatula malam No. 7, pengukir Hollenback ½- 3, pengukir cleoid discoid, lampu Bunsen atau lampu alkohol, dan instrument waxing P.K. Thomas. Untuk pembuatan sprue dan penanaman model malam yang dibutuhkan adalah pembentuk sprue, pin sprue, cincin logam (bumbung tuang), bahan pelapik (non asbestos liner), bahan tanam pilihan (thermal), bowl dan spatula pengaduk, pengukur cairan, wetting agent, dan vibrator. Selanjutnya, pada saat pembuangan malam yang dibutuhkan adalah oven pembakaran, mesin pengecor, gas dan semprotan udara atau wadah peleburan listrik, larutan asam dan tempatnya, logam pengisi, sentrifugal, dan blowtorch. Sedangkan pada tahap terakhir adalah pemolesan yang membutuhkan mini bur, disc, rubber merah dan hijau, serta stone merah dan hijau (Baum, Phillips Lund, edisi III, 1997)

II. 4 TAHAP-TAHAP PEMBUATAN RESTORASI LOGAM
            Untuk membuat restorasi logam, diperlukan tahap-tahap yang saling berurutan dan benar agar hasil restorasi yang dibuat sesuai yang diinginkan oleh dokter gigi. Tahapan-tahapan tersebut saling berpengaruh. Apabila satu tahapan terlewatkan atau tidak dilakukan, akan terjadi kemungkinan restorasi yang kita buat mengalami kegagalan. Tahap-tahap pembuatan restorasi logam adalah ( Kenneth J. Anusavice, edisi 10, 2004)
  :
1.      Mengolesi die dengan “die separator” dengan tujuan model malam bisa dilepas dari die.
2.      Membentuk restorasi yang akan dibuat dengan menggunakan inlay wax, sesuai dengan bentuk anatomis gigi aslinya.
3.      Menghaluskan model malam yang telah terbentuk dengan alkohol torch.
4.      Mengkilapkan model malam yang telah terbentuk dengan menggunakan air sabun.
5.      Mempersiapkan penanaman yang meliputi crusible former, sprue, ventilasi dan juga memasang non-asbestos liner pada bumbung tuang.
6.      Melekatkan sprue pada daerah tertebal model malam dengan sudut tumpul.
7.      Memasang model yang telah terpasang sprue ke crusible former dan menyesuaikan dengan ketinggian pada bumbung tuang.
8.      Mengolesi model malam beserta sprue dengan menggunakan wetting agent.
9.      Menunggu hingga wetting agent mengering.
10.  Menanam model malam
11.  Melepas crusible former dari bumbung tuang. Kemudian lakukan buang malam diatas api selama ± 1 jam atau hingga bahan tanam tidak lagi tampak kebiruan yang berarti sisa malam telah habis. Kemuadian lakukan casting logam dengan menggunakan blowtorch dan centrifugal.
12.  Menunggu hingga bumbung tuang agak dingin.
13.  Membongkar bumbung tuang dan mengeluarkan hasil tuangan kasar.
14.  Fitting dengan cara mencoret-coret die dengan pensil, sehingga bagian yang belum fit dapat diketahui dengan mudah.
15.  Finishing, menggunakan stone merah dan hijau.
16.  Polishing, menggunakan rubber merah dan hijau. Lakukan polishing tersebut sampai model malam mengkilat.

BAB  III
PEMBAHASAN
            Restorasi logam dilakukan secara indirek yakni dilakukan diluar mulut penderita. Jenis-jenis restorasi ini adalah inlay, onlay, mahkota/ crown, dan mahkota pigura. Keempat jenis tersebut mempunyai tahapan yang sama. Dalam pembuatan model malam, yang harus diperhatikan adalah daerah kontak proksimal dan kontur anatomisnya karena akan mempengaruhi kelangsungan gigi tersebut didalam mulut penderita. Apabila daerah kontak proksimal terdapat celah, maka akan terjadi sekunder karies pada pasien penggunanya. Begitu pula dengan kontur anatomis. Kontur anatomis yang sesuai dengan gigi asli akan memudahkan gigi tiruan untuk self cleansing.
Dalam pembuatan restorasi logam, terdapat  tahapan-tahapan yang saling berurutan dan berpengaruh antar satu tahap dengan tahap lainnya. Apabila salah satu tahapan tersebut tidak dilakukan atau tidak sesuai prosedur akan berpengaruh pada restorasi yang kita buat. Oleh karena tahap-tahap tersebut harus diperhatikan. Tahap-tahap tersebut adalah:
1.               Pada tahap awal yakni pengulasan die dengan die separator agar model malam dapat dilepas dari die. Pengulasan die separator tidak boleh terlalu banyak atau sedikit. Jika terlalu sedikit, malam tidak akan bisa dilepas dari die. Namun, jika terlalu banyak, akan berpengaruh pada malam tersebut. Malam yang digunakan untuk model malam akan menjadi getas dan mudah fraktur.
2.               Untuk menghaluskan dan mengkilapkan model malam.saat menghaluskan model malam gunakan alkohol torch yang anginnya telah kita control terlebih dahulu agar inlay wax tidak berubah. Selain itu, gunakan kapas dan air sabun untuk mengkilapkannya. Model malam harus mengkilap karena akan mempermudah kita pada tahap finishing dan polishing.
3.               Mempersiapkan penanaman yang meliputi crusible former, sprue, ventilasi dan juga memasang non-asbestos liner pada bumbung tuang. Tujuan pembuatan sprue adalah sebagai jalannya logam yang mencair menuju mould. Diameter sprue harus disesuaikan dengan model malam yang tertebal. Jika diameter sprue terlalu kecil, maka terjadi pemadatan sprue sebelum tuangan memadat dan terjadi porositas penyusutan setempat. Panjang sprue harus cukup panjang agar posisi model malam tepat pada bumbung tuang kira-kira 6 milimeter dari tepi ujung bumbung tuang ( Kenneth J. Anusavice, edisi 10, 2004). Sprue dan crucible harus rata permukaannya, agar aliran logam dapat berjalan lancar. Selain itu pemasangan non asbestos liner juga berpengaruh untuk memberi ruang saat bahan tanam menaglami ekspansi. Pemasangan ventilasi dibutuhkan sebagai jalan keluarnya udara.
4.               Melekatkan sprue pada daerah tertebal model malam dengan sudut tumpul. Agar sprue tidak menyebabkan aliran langsung dari logam cair menuju ke daerah tepi yang tajam atau bagian yang tipis karena logam cair dapat mengabrasi atau mematahkan bahan tanam di daerah tersebut dan mengakibatkan kegagalan pengecoran. Tidak boleh ditempatkan tegak lurus pada permukaan yang datar dan lebar karena mengakibatkan terjadinya turbulensi atau arus putar dari logam cair di dalam kavitas mould dan porositas yang parah (Kenneth J. Anusavice, edisi 10, 2004).
5.               Memasang model yang telah terpasang sprue ke crusible former dan menyesuaikan dengan ketinggian pada bumbung tuang. Letaknya kira-kira 6 milimeter dari ujung terbuka bumbung tuang agar gas-gas dapat dialirkan  dan meminimalisir terjadinya porusitas.
6.               Mengolesi model malam beserta sprue dengan menggunakan wetting agent untuk menurunkan tegangan permukaan model malam sehingga bahan tanam dapat melekat erat pada model malam tersebut. Alternative lai yang digunakan untuk menurunkan tegangan permukaan model malam adalah dengan air sabun namun, model malam harus bebas dari buih-buihnya.
7.               Penanaman model malam dengan bahan tanam. Perbandingan antara air dan bubuk bahan tanam harus sesuai. Bahan tanam yang terlalu encer mudah pecah, sedangkan bahan tanam yang terlalu pekat berakibat udara tidak dapat keluar. Gunakan vibrator saat mengaduk, agar tidak ada udara yang terjebak.
8.               Pembuangan malam dan pemanasan. Bahan tanam dinyatakan telah bersih dari malam apabila tidak nampak kebiru-biruan pada permukaannya.
9.               Fitting, finishing, dan polishing. Fitting dilakukan dengan tujuan agar gigi tiruan tersebut cocok dengan pasien. Sehingga nyaman untuk dipakai. Finishing dilakukan untuk menghilangkan buble. Dan selanjutnya adalah polishing yakni mengkilapkan gigi tiruan dengan rubber merah dan hijau agar permukaan gigi tiruan tidak kasar. Dimana permukaan yang kasar tersebut mampu mengabrasi gigi lawannya.

2 komentar: