BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Perkembangan teknologi saat ini begitu pesat, sehingga
peralatan sudah menjadi kebutuhan pokok pada lapangan pekerjaan.Artinya
peralatan dan teknologi merupakan salah satu penunjang yang penting dalam upaya
meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan. Disamping itu,akan
terjadi dampak negatifnya bila kita kurang waspada menghadapi bahaya potensial
yang mungkin akan timbul. Hal ini tentunya dapat di cegah dengan adanya
antisipasi berbagai resiko. Antara lin kemungkinan terjadinya penyakit akibat
kerja, penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan kecelakaan akibat kerja
yang dapat menyebkan kecacataan dan kematian. Antisipasi ini harus dilakukan
oleh semua pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan
lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan ergonomic.
Dalam dunia kerja terdapat Undang-Undang yang mengatur tentang
ketenagakerjaan yaitu Undang-Undang No. 14 tahun 1969 tentang
ketentuan-ketentuan pokok tenaga kerja merupakan subyek dan obyek pembangunan.
Ergonomic yang bersasaran akhir efisiensi dan keserasian kerja memiliki arti
penting bagi tenaga kerja, baik sebagai subyek maupun obyek. Akan tetapi sering kali suatu tempat kerja
mengesampingkan aspek ergonomic bagi para pekerjanya, hal ini tentunya sangat
merugikan para pekerja itu sendiri.
Pada umumnya ergonomic belum diterapkan secara merata pada
sector kegiatan ekonomi. Gagasannya telah lama disebarluaskan sebagai unsure
hygiene perusahaan dan kesehatan kerja (hiperkes), tetapi sampai saat ini
kegiatan-kegiatan baru sampai pada taraf pengenalan oleh khususnya pada pihak
yang bersangkutan, sedangkan penerapannya baru pada tingkat perintisan. Fungsi
pembinaan ergonomic secara teknis merupakan tugas pemerintah. Pusat Bina Hiperkes
dan Keselamatan Kerja memiliki fungsi pembinaan ini melalui pembinaan keahlian
dan pengembangan penerapannya. Namun begitu, sampai saat ini pengembangan
kegiatan-kegiatannya baru diselenggarakan dan masih menunggu kesiapan
masyarakat untuk menerima ergonomic dan penerapannya.
B. Rumusan
masalah
Rumusan masalah yang kiranya dapat di susun dalam topic kali
ini antara lain:
1. Apakah
yang dimaksud dengan ergonomi ditempat kerja?
2. Apakah
tujuan dari ergonomi di tempat kerja?
3. Bagaimana
metode dan pengembangan ergonomi ditempat kerja?
4. Apa
saja masalah yang ditimbulkan di tempat kerja?
5. Apa
manfaat pelaksanaan dari ergonomi ditempat kerja?
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui definisi dari Ergonomi
2. Untuk
mengetahui tujuan, manfaat dan ruang lingkup ergonomi.
3. Untuk
mengetahui metode-metode ergonomi.
4. Untuk
mengetahui masalah ditempat kerja.
D. Manfaat
1.
Menambah
pengetahuan bagi pembaca mengenai masalah ergonomi ditempat kerja.
2.
Sebagai sarana
informasi bagi pekerja dan perusahaan untuk lebih memperhatikan tentang masalah
ergonomi ditempat kerja.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Ergonomi
Ergonomi yaitu ilmu yang penerapanya berusaha untuk
menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya dengan
tujuan tercapainya produktivitas dan efisiensi yang setinggi-tingginya melalui
pemanfaatan factor manusia seoptimal-optimalnya. (Dr. Suma’mur P.K, M.Sc : 1989 hal 1 ). Ergonomi adalah komponen
kegiatan dalam ruang lingkup hiperkes yang antara lain meliputi penyerasian
pekerjaan terhadap tenaga kerja secara timbale balik untuk efisiensi dan
kenyamanan kerja.
Contoh : suatu perusahaan kerajinan
mengubah cara kerja duduk di lantai dengan bekerja di meja kerja, mengatur tata
ruangan menjadi lebih baik, mengadakan ventilasi, menambah penerangan,
mengadakan ruang makan, mengorganisasi waktu istirahat, menyelenggarakan
pertandingan olahraga, dan lain-lain. Dengan usaha ini, keluhan-keluhan tenaga
kerja berkurang dan produksi tidak pernah terganggu oleh masalah-masalah
ketenagakerjaan. Dengan begitu, produksi dapat mengimbangi perluasan dari
pemasaran.
Ergonomi mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan
pekerjaan manusia. Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat bekerja
dalam lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah
penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan
stress atau tekanan yang akan dihadapi. Salah satu upaya yang dilakukan antara
lain menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak
melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembapan. Hal ini bertujuan agar
sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia. Ada salah satu definisi yang menyebutkan
bahwa ergonomi bertujuan untuk “fitting
the job to the worker”. Ergonomi juga bertujuan sebagai ilmu terapan biologi manusia dan
hubungannya dengan ilmu teknik bagi pekerja dan lingkungan kerjanya, agar
mendapatkan kepuasan kerja yang maksimal selain meningkatkan produktivitasnya. (ILO)
B. Tujuan
Ergonomi
Pelaksanaan dan penerapan ergonomi di tempat kerja di mulai
dari yang sederhana dan pada tingkat individual terlebih dahulu. Rancangan
ergonomi akan dapat meningkatkan efisiensi, efektivitas dan produktivitas
kerja, serta dapat menciptakan system serta lingkungan yang cocok, aman, nyaman
dan sehat.
-
Adapun tujuan
penerapan ergonomic adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan
kesejahteraan fisik dan mental dengan meniadakan beban kerja tambahan(fisik dan
mental), mencegah penyakit akibat kerja, dan meningkatkan kepuasan kerja
2. Meningkatkan
kesejahteraan social dengan jalan meningkatkan kualitas kontak sesame pekerja,
pengorganisasian yang lebih baik dan menghidupkan system kebersamaan dalam
tempat kerja.
3. Berkontribusi
di dalam keseimbangan rasional antara aspek-aspek teknik, ekonomi, antropologi
dan budaya dari sistem manusia-mesin untuk tujuan meningkatkan efisiensi sistem
manusia-mesin.
C. Ruang
lingkup ergonomi sangat luas aspeknya, antara lain meliputi:
1. Tehnik
2. Fisik
3. Pengalaman
psikis
4. Anatomi,
utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan persendian
5. Sosiologi
6. Fisiologi,
kaitanya dengan temperature tubuh, oxygen up take, dan aktifitas otot
7. Desain,
dll
D. Manfaat
Ergonomi
1.
Menurunnya angka
kesakitan akibat kerja.
2.
Menurunnya
kecelakaan kerja.
3.
Biaya pengobatan
dan kompensasi berkurang.
4.
Stress akibat
kerja berkurang.
5.
Produktivitas
membaik.
6.
Alur kerja
bertambah baik.
7.
Rasa aman karena
bebas dari gangguan cedera.
8.
Kepuasan kerja
meningkat
E. Metode-metode
Ergonomi
1. Diagnosis
Dapat
dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi tempat kerja, penilaian
fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomi checklist dan pengukuran lingkungan
kerja lainnya. variasi akan sangat luas mulai dari yang sederhana sampai
kompleks.
2. Treathment
Dapat dilakukan dengan cara perubahan posisi meubel,
letak pencahayaan atau jendela yang sesuai, Membeli furniture sesuai dengan
dimensi fisik pekerja
3. Follow
up
Bisa
dilakukan dengan cara menanyakan kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri
bahu dan siku, keletihan, sakit kepala
dan lain-lain.
F. Pengembangan
penerapan ergonomi
1. Pengorganisasian
kerja
-
Semua sikap
tubuh membungkuk atau sikap tubuh yang tidak alamiah harus dihindari. Fleksi
tubuh atau kepala ke arah samping lebih melelahkan dari sedikit membungkuk ke
depan. Sikap tubuh yang disertai paling sedikit kontraksi otot statis dirasakan
paling nyaman.
-
Posisi ekstensi
lengan yang terus-menerus baik ke depan, maupun ke samping harus dihindari.
Selain menimbulkan kelelahan, posisi lengan seperti itu sangat mengurangi
ketepatan kerjadan ketrampilan aktivitas tangan.
-
Selalu
diusahakan agar bekerja dilakukan sambil duduk. Sikap kerja denagn kemungkinan
duduk dan berdiri silih berganti juga dianjurkan.
-
Kedua lengan
harus bergerak bersama-sama atau dalam arah yang berlawanan. Bila hanya satu
lengan saja yang bergerak terus-menerus, maka otot-otot tubuh yang lainnya akan
berkontraksi statis. Gerakan berlawanan memungkinkan pula pengendalian saraf
yang lebih cermat terhadap kegiatan pekerjaan tangan.
2. Bangku
atau meja kerja
Pembuatan
bangku dan meja kerja yang buruk atau mesin sering-sering adalah penyebab kerja
otot statis dan posisi tubuh yang tidak alamiah. Maka syarat-syarat bangku
kerja yang benar adalah sebagai berikut :
-
Tinggi area
kerja harus sesuai sehingga pekerjaan dapat dilihat dengan mudah dengan jarak
optimal dan sikap duduk yang enak. Makin kecil ukuran benda, makin dekat jarak
lihat optimal dan makin tinggi area kerja.
-
Pegangan,
handel, peralatan dan alat-alat pembantu kerja lainnya harus ditempatkan
sedemikian pada meja atau bangku kerja, agar gerakan-gerakan yang paling sering
dilakukan dalam keadaan fleksi.
-
Kerja otot
statis dapat dihilangkan atau sangat berkurang dengan pemberian penunjang siku,
lengan bagian bawah, atau tangan. Topangan-topangan tersebut harus diberi bahan
lembut dan dapat di stel, sehingga sesuai bagi pemakainya.
3. Sikap
kerja
·
Tempat duduk
Tempat duduk
harus dibuat sedemikian rupa, sehingga orang yang bekerja dengan sikap duduk
mendapatkan kenyamanan dan tidak mengalami penekanan-penekanan pada bagian
tubuh yang dapat mengganggu sirkulasi darah.
·
Meja kerja
Tinggi permukaan
atas meja dibuat setinggi siku dan disesuaikan dengan sikap tubuh pada saat
bekerja.
·
Luas pandangan
Daerah pandangan
yang jelas bila pekerja berdiri tegak dan diukur dari tinggi mata adalah 0-30°
vertical kebawah, dan 0-50° horizontal ke kanan dan ke kiri
4. Proses
kerja
Para
pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja dan
sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran anthropometri
barat dan timur.
5. Tata
letak tempat kerja
Display
harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan simbol
yang berlaku secara internasional lebih banyak digunakan daripada kata-kata.
6. Mengangkat
beban
Bermacam
cara dalam mengangkat beban yakni dengan kepala, bahu, tangan, punggung , dll. Beban
yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan
persendian akibat gerakan yang berlebihan.
-
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kegiatan-kegiatan mengangkat dan mengangkut adalah sebagai
berikkut :
1.
Beban yang
diperkenakan, jarak angkut dan
intensitas pembebanan.
2.
Kondisi
lingkungan kerja yaitu keadaan medan yang licin, kasar, naik turun dll.
3.
Keterampilan
bekerja
4.
Peralatan kerja
beserta keamanannya
-
Cara-cara
mengangkut dan mengangkat yang baik harus memenuhi 2 prinsip kinetis yaitu :
1.
Beban diusahakan
menekan pada otot tungkai yang keluar dan sebanyak mungkin otot tulang belakang
yang lebih lemah dibebaskan dari pembebanan
2.
Momentum gerak
badan dimanfaatkan untuk mengawali gerakan.
Penerapan :
1.
Pegangan harus
tepat
2.
Lengan harus
berada sedekatnya pada badan dan dalam posisi lurus
3.
Punggung harus
diluruskan
4.
Dagu ditarik segera
setelah kepala bisa di tegakkan lagi seperti pada permulaan gerakan
5.
Posisi kaki di
buat sedemikian rupa sehingga mampu untuk mengimbangi momentum yang terjadi
dalam posisi mengangkat
6.
Beban diusahakan
berada sedekat mungkin terhadap garis vertical yang melalui pusat grafitas
tubuh.
7. menjinjing
beban
Tabel
1 beban yang diangkaat tidak melebihi aturan yang ditetapkan
Jenis kelamin
|
Umur(th)
|
Beban yang disarankan (kg)
|
Laki-laki
|
16-18
|
15-20
|
|
>18
|
40
|
wanita
|
16-18
|
12-15
|
|
>18
|
15-20
|
G. Keluhan-keluhan
di tempat kerja yang berkaitan dengan
ergonomi
a. Ketidaktepatan
kursi kerja, menyebabkan keluhan kepala, leher, bahu, pinggang, bokong, lengan,
tangan, lutut, kaki, dan paha
-
Kelelahan fisik
Kelelahan fisik akibat kerja yang berlebihan, dimana masih dapat dikompensasi dan diperbaiki performansnya seperti semula. Kalau tidak terlalu berat kelelahan ini bisa hilang setelah istirahat dan tidur yang cukup.
Kelelahan fisik akibat kerja yang berlebihan, dimana masih dapat dikompensasi dan diperbaiki performansnya seperti semula. Kalau tidak terlalu berat kelelahan ini bisa hilang setelah istirahat dan tidur yang cukup.
a.
Kelelahan yang
sumber utamanya adalah mata (kelelahan visual)
Mata merupakan
indera yang mempunyai peranan penting dalam penyelesaian pekerjaan.
b.
Kebisingan
Pengaruh kebisingan secara
keseluruhan adalah:
·
Kerusakan pada
indera pendengaran
·
Gangguan
komunikasi dan timbulnya salah pengertian
·
Pengaruh faal
seperti gangguan psikomotor, gangguan tidur dan efek-efek saraf otonom
·
Efek psikologis
-
Kelelahan yang patologis
Kelelahan ini tergabung dengan penyakit yang diderita, biasanya muncul tiba-tiba dan berat gejalanya.
Kelelahan ini tergabung dengan penyakit yang diderita, biasanya muncul tiba-tiba dan berat gejalanya.
-
Psikologis dan
emotional fatique
Kelelahan ini adalah bentuk yang umum. Kemungkinan merupakan sejenis “mekanisme melarikan diri dari kenyataan” pada penderita psikosomatik. Semangat yang baik dan motivasi kerja akan mengurangi angka kejadiannya di tempat kerja.
Kelelahan ini adalah bentuk yang umum. Kemungkinan merupakan sejenis “mekanisme melarikan diri dari kenyataan” pada penderita psikosomatik. Semangat yang baik dan motivasi kerja akan mengurangi angka kejadiannya di tempat kerja.
Sebab –sebab kelelahan:
1. Monotomi
2. Beban dan lama kerja
3. Lingkungan
4. Faktor kejiwaan
5. Sakit , rasa sakit , gizi
|
Penyegaran:
1. Kepemimpi-nan
2. Manajemen
3. Pehatian terhadap keluarga
4. Perorgani-sasian kerja
5.
Kesehatan dan kesejah-teraan
ter-masuk upah dan gizi
|
Siap kerja
|
Kondisi lelah
|
Produktif dan sejahtera
|
H.
Waktu bekerja
dan istirahat yang baik bagi pekerja
a) Lama
bekerja
Lamanya pekerja dalam sehari yang baik
pada umumnya 6 – 8 jam sisanya untuk istirahat atau kehidupan dalam keluarga
dan masyarakat. Dalam hal lamanya kerja melebihi ketentuan-ketentuan yang ada,
perlu diatur istirahat khusus dengan mengadakan organisasi kerja secara khusus
pula.pengaturan kerja demikian bertujuan agar kemampuan kerja dan kesegaran
jasmani serta rohani dapat dipertahankan.
b) Istirahat
Terdapat 4 jenis istirahat yaitu :
o
istirahat secara
spontan adalah istirahat pendek setelah pembebanan
o
istirahat curian
terjadi jika beban kerja tidak di imbangi oleh kemampuan kerja.
o
Istirahat yang ditetapkan adalah istirahat atas dasar ketentuan perundang-undangan
o
Istirahat oleh
karena proses kerja tergantung dari
bekerjanya mesin peralatan atau prosedur-prosedur kerja
I.
Upaya kesehatan
kerja
1)
Gizi dan
produktivitas
Dalam bekerja seorang pekerja dalam
kehidupannya memerlukan kalori makanan yang cukup demi menunjang aktivitas para
pekerja. Adapun susunan yang baik bagi pekerja adalah sebagai berikut :
a. Makan
pokok, yakni :
1. Bahan
makan yang lazim dimakan dengan porsi besar sehingga diharapkan dapat menjamin
tenaga (kalori) yang besar pula
2. Bahan
makanan setempat, yang mudah didapatkan atau yang sesuai dengan selera keluarga
3. Bahan-bahan
ini berupa beras, jagung, sagu, ubi, dll
b. Lauk
pauk, yakni :
1. Bahan
makan yang lazim dapat menjamin pertumbuhan tubuh atau mengganti bagian badan
yang aus dan rusak
2. Bahan-bahan
ini berupa kedelai, kacang, tempe, tahu, dll
c. Sayuran,
yakni :
1. Bahan
makan yang lazim dapat mempertahankan tubuh, dalam keadaan sehat atau
mempertahankan tubuh terhadap serangan atau penyakit
2. Sayuran
yang berwarna lebih baik khasiatnya misalnya kangkung, bayam, wortel, tomat, dll
d. Buah
yakni;
1. Bahan
makan yang gunya hampir seperti sayuran
2. Di
Indonesia buah terkenal sebagai pencuci mulut
3. Setelah
makan dan biasa dimakan dan sebagai maknan extra diluar waktu-waktu makan.
Sebaiknya buah-buahan yang sesuai dengan musimnya sebab relative lebih murah
2)
Penerangan dan
dekorasi
Penerangan
dan dekorasi yaitu keserasian fungsi mata terhadap pekerjaan dan kegairahan
atas dasar faktor kejiwaan.
o
Intensitas
penerangan
Tabel 2 Pedoman
intensitas penerangan
Pekerjaan
|
Contoh-contoh
|
Tingkat
penerangan yang perlu
|
Tidak
teliti
|
Penimbunan
barang
|
80
- 70
|
Agak
teliti
|
Pemasangan
(tidak teliti)
|
170
– 350
|
Teliti
|
Membaca,
menggambar
|
350
– 700
|
Sangat
teliti
|
Pemasangan(teliti)
|
700– 10.000
|
o
Warna di tempat
kerja
Warna yang dipakai di tempat kerja
sangat berpengaruh karena menimbulkan penciptaan kontras warna agar tangkapan
mata dan pengadaan lingkungan psikologis yang optimal.
3)
Pemeliharaan
pendengaran dan penggunaan musik
1. Kebisingan,efek
dan pencegahannya
Adapun pengaruh kebisingan secara
keseluruhan adalah:
·
Kerusakan pada
indera pendengaran
·
Gangguan
komunikasi dan timbulnya salah pengertian
·
Pengaruh
faal,seperti gangguan psikomotor, gangguan tidur, dan efek-efek saraf otonom
·
Efek psikologis
yaitu perasaan terganggu dan ketidaksenangan
2. Music
dan pekerjaan
Musik dalam kerja diharapkan
meningkatkan kegairahan dan kesegaran, tetapi musik tidak dapat dipergunakan
dalam pekerjaan yang memiliki kebisingan tinggi, karena pada keadaan seperti
itu music menambah besarnya gangguan. Musik dapat dimainkan pada saat sebelum
bekerja, Ketika bekerja, pada waktu istirahat atau ketika pulang menurut
keperluan.
4)
Olahraga dan
kesegaran jasmani
Mengingat
pentingnya kesegaran jasmani untuk kesehatan dan produktivitas maka pembinaan
kesegaran jasmani perlu mendapat perhatian yang lebih, sungguh-sungguh baik
berupa pelaksanaan, pembinaan kesegaran jasmani yang khusus maupun melalui
berbagai kegiatan olahraga. Pembinaan kesegaran jasmani perlu dilaksanakan
sejak seleksi karyawan yang berupa tes kesegaran jasmani. Misalnya, program
aerobic dari cooper.
BAB
IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Penerapan Ergonomi di tempat kerja
bertujuan agar pekerja saat bekerja selalu dalam keadaan sehat, nyaman,
selamat, produktif dan sejahtera. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, perlu
kemauan, kemampuan dan kerjasama yang baik dari semua pihak. Pihak pemerintah
dalam hal ini Departemen Kesehatan sebagai lembaga yang bertanggungjawab
terhadap kesehatan masyarakat, membuat berbagai peraturan, petunjuk teknis dan
pedoman K3 di Tempat Kerja serta menjalin kerjasama lintas program maupun
lintas sektor terkait dalam pembinaannya. Ergonomi secara tehnis merupakan bagian dari hygiene
kesehatan dan keselamatan kerja, namun sampai saat ini pengembangannya baru
diselenggarakan dan masih menunggu kesiapan masyarakat untuk menerima ergonomi
dan penerapannya. Untuk mendapat manfaat dari ergonomi perlu dibuat suatu
program untuk menggerakkan baik masyarakat industry maupun tradisional agar
ergonomic diterapkan secara luas. Program demikian meliputi kegiatan-kegiatan
pokok sebagai berikut :
1. Kegiatan
penyuluhan yang ditujukan kepada kelompok yang penerapan ergonominya adalah
khusus
2. Evaluasi
dan koreksi keadaan ergonomi di tempat-tempat kerja melalui kunjungan-kunjungan
perusahaan oleh tim-tim teknis.
3. Standarisasi
dalam ergonomi atas dasar data-data yang diperoleh dari evalusi dan perbaikan
Kegiatan-kegitan tersebut ditingkatkan
dari tahun ketahun secara bertahap dalam program jangka pendek dan jangka
menengah.Dengan terciptanya program ini bagian terpenting program jangka pendek
telah terselesaikan. Setelah program jangka menengah dilalui, pembudayaan
ergonomic lebih lanjut dapat diselenggarakan antara lain melalui pendidikan
masyarakat dan pendidikan formal. Bagi pengembangan ergonomic, penelitian
memegang peranan penting. Untu pelaksanaannya, perlu kerja sama interdisipliner
antar lembaga-lembaga seperti perguruan tinggi, lembaga-lembaga penelitian dan
badan-badan lainnya. Hasil-hasil penelitian tersebut perlu disebarluaskan dan
dituangkan dalam standar-standar bagi penyelenggaran praktik selanjutnya.
B.
Saran
-
Pendekatan disiplin
ergonomi diarahkan pada upaya memperbaiki performansi kerja manusia seperti
menambah kecepatan kerja, accuracy, keselamatan kerja disamping untuk mengurangi
energi kerja yang berlebihan serta mengurangi datangnya kelelahan yang terlalu
cepat. Disamping itu disiplin ergonomi diharapkan mampu memperbaiki
pendayagunaan sumber daya manusia serta meminimalkan kerusakan peralatan yang
disebabkan kesalahan manusia (human errors). Manusia adalah manusia, bukannya
mesin. Mesin tidak seharusnya mengatur manusia, untuk itu bebanilah manusia
(operator/pekerja) dengan tugas-tugas yang manusiawi.
-
Pendekatan khusus yang ada
dalam disiplin Ergonomi ialah aplikasi yang sistematis dari segala informasi
yang relevan yang berkaitan dengan karakteristik dan perilaku manusia didalam
perancangan peralatan, fasilitas dan lingkungan kerja yang dipakai.
Daftar
Pustaka
Suma’mur, 1989, “Ergonomi Untuk
Produktivitas Kerja”, PT Temprint: Jakarta
Cermin
Dunia Kedokteran No. 154, 2007
Pusat
Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI